Pada akhirnya takdir mempunyai cara tersendiri untuk membuat
luka,
Luka dalam di hari seorang gadis yang masih berusia delapan
tahun
Ketika ia kehilangan sosok ibu yang sangat berarti dalam
hidupnya
Alana Liora Gentari anak kesayangan yang selalu memberi terang dan menyinari orang lain dengan penuh cinta itulah arti namanya.
"Ibuu…." lirihnya pelan
Gadis itu terus menangis membayangkan akan jadi seperti apa
kehidupan selanjutnya tanpa sosok ibu.
Gadis itu menggeleng dengan air mata yang terus mengalir deras
dari kelopak mata indahnya.
"Ayah apa Alana gak boleh ikut ibu?" tanyanya
Bagaskara,laki laki itu menggeleng dengan air mata yang
mengalir di pipinya
"Ayah, Alana sayang ibu"
Bagas menggeleng,mengelus surai rambut hitam putrinya.
"Ayah juga sayang ibu,tapi Alana harus tau kalau Tuhan
lebih sayang ibu"
"Apa ibu gak akan balik lagi, Yah?"
"Ibu sudah tenang, sudah tidak merasakan sakit seperti
dulu"
"Alana boleh disini nemenin ibu?" tanyanya
"Nggak boleh, Alana
harus pulang"
"Tapi, ibu kasihan ayah, dia sendirian kedinginan gak punya
temen. Alana mau disini ayah jagain ibu" tangis Alana pecah saat itu juga.
Bagas memikirkan bagaimana bisa agar Alana lupa tentang
ibunya,walaupun ia tahu sosok ibu adalah memory paling besar dalam ingatan
anaknya tapi setidaknya Alana melupakan semua kesedihanya hari ini
"Kita jalan jalan ya sayang"
"Ibu?"
"Ibu disini aja"
"Gak mau Alana mau jalan jalan sama ibu dan ayah, Alana
nggak mau ibu disini"
Dengan terpaksa Bagas harus memerintahkan anak buahnya untuk
membawa Alana pulang.
"Bawa dia pulang!" kedua anak buah Bagas
mengangguk lalu mengangkat tubuh Alana membuat gadis itu memberontak.
"Ibu….! tolong Alana…!,ibu…. ! Alana sayang ibu…! Alana
mau nemenin ibu..! " teriaknya sambil terus memberontak
"Ayah lepasin Alana! Alana nggak mau pulang! Alana mau sama ibu,
ayah…!" lirihnya sangat perih
10 tahun kemudian......
"Ibu…" lirih Alana dengan seragam yang sudah basah
kuyup
"Ngapain lo manggil manggil orang mati hah!" ucap
Adel seraya tersenyum smirk
"Jangan pernah ngomong macem macem soal ibu gue!" ucap
Alana siapa yang tidak marah ketika ibu kandungnya di injak injak oleh orang
lain? yang jelas bukan Alana orangnya
"Kenapa,marahh? tapi kenyataannya ibu lo udah mati Alana"
Adel berujar merendahkan Alana
"IBU GUE EMANG UDAH MATI TAPI HATINYA SELALU HIDUP
SEDANGKAN IBU KALIAN MASIH HIDUP TAPI HATi KALIAN MATI!" kasar Alana ia sudah kehabisan
kesabarannya
Menghadapi perempuan seperti Adel emang tidak bisa di bawa
sabar
Entah dari mana datangnya Luna melempar gelas dan meleset
pas pada pipi mulus Alana
"KALAU NGOMONG DI JAGA HARGAI SAYA SEBAGAI IBU
KAMU"
Alana memegangi pipinya yang terasa perih dan ternyata darah
segar keluar dari pipi mulusnya
"Kalau mamah mau aku hargai sebagai ibu maka hargai Alana
sebagai anak mah"
Kalian tanya dimana ayah Alana? ayah Alana pergi ke luar negeri
dua minggu lalu karena alasan pekerjaan
Kepergian ayahnya membuat mereka semakin semena mena
memperlakukan Alana layaknya pembantu sedangkan Alana ia hanya bisa menurut
jika melawan ia takut akan siksaan ibunya yangg begitu kejam
°°°°
Usai berdebat dengan ibu tirinya kini Alana tengah berada di
tempat pemakaman umun atau biasa di sebut TPU
Alana berjongkok tepat di hadapan makam dan mengusap lembut
nisan ibunya
Alana menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan hari ini
"Ibu tadi Alana di siksa lagi sama mamah Luna dia
lempar Alana pake gelas sakit banget,apa ibu ga mau bangun buat obatin luka Alana?"
lirihnya Alana, Alana tau ini aksi yang gila berbicara seorang diri di
pemakaman tapi hanya inilah yang membuat Alana jauh lebih baik
Alana ingin sekali menyerah tapi ia ingat seberapa lama Alana
berjuang, bertahan, dan melewati ini semua seorang diri
Tanpa di sadari seorang pria tengah memerhatikan Alana dari
jauh
“ gue bangga sama lo suatu saat nanti gue akan bawa lo ke
pintu bahagia sebenarnya" ucapnya lalu berlalu begitu saja
Alana sudah selesai, ia meraih benda pipihnya untuk menelpon
seseorang
"Hallo"ucapnya dari seberang sana
"Za lo bisa jemput gue ga di pemakaman,soalnya mendung
banget, gue takut petir, Za"
"Enggak" ia tau itu bukan suara altezza melainkan
Adel yang tengah bersamanya
"Maaf" ucap Altezza merasa bersalah
"Santai Za have fun ya"
Alana berjalan di bawah guyuran hujan yang sangat
deras,sesekali ia menutup telinganya karena mendengar suara petir yang sangat Alana
takuti
Alana menangis sejadi jadinya ia menumpahkan semua
kesedihanya hari ini bukan hanya keluarganya yang Adel ambil tapi Altezza
lelaki yang paling Alana cintai Adel ambil darinya
"Assalamualaikum"
Luna berjalan ke arah Alana membuatnya tersenyum senang karena
dalam pikiran Alana, Luna pasti sangat
menghawatirkan dirinya
Plak........
Plak........
Dua tamparan lolos di pipi mulus Alana membuat luka yang
sudah mengering kembali mengeluarkan darah segar
"DARI MANA AJA KAMU!" Bentak Luna menggelegar di
seluruh ruangan
"KENAPA KAMU PULANG? KENAPA NGGGA
IKUT IBU KAMU MATI ALANA!"
Mendengar kata mati yang keluar dari mulut ibu tirinya membuat
hati Alana terasa sakit ternyata ini yang Luna inginkan
Alana hanya menunduk menahan air matanya agar tidak jatuh di
depan ibu tirinya
Lalu Alana berjalan ke arah kamar tanpa sepatah kata yang
keluar dari mulutnya membuat Luna semakin geram lalu ia menarik kerah belakang
baju Alana dan membantingya ke tembok
..........
..........
..........
Alana tersadar jam sudah menunjukan pukul 21.00 entah berapa
lama Alana tidur di kamar mandi ia pun tidak tau mengapa dirinya berada di sini
dengan keran yang menyala membasahi tubuhnya
Dengan langkah gontai Alana berjalan keluar dari kamar mandi
dan segera mengganti pakaiannya yang sudah basah kuyup
Setelah selesai Alana merebahkan tubuhnya yang terasa remuk
ke kasur King Size miliknya lalu mengambil ponsel dan membuka aplikasi hijau
Alana akan mengirim pesan kepada laki laki yang belakangan
ini sangat ia rindu
Ayah♡♡
Ayah kapan pulang?
Insyaa
allah lusa
Kenapa nggak besok aja?
Ayah usahain ya?
Siap di tunggu
Alana mematikan ponselnya dengan perasaan senang
Karena jika ayahnya pulang Luna tidak akan menyiksanya lagi
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar