Disuatu Desa, ada sebuah rumah kecil yang sangat sederhana.
Di rumah itu terdapat keluargakecil yang terdapat seorang ayah, ibu dan
anaknya. Ayahnya yang berusia 40 tahun tadinya ia bekerja sebagai tukang kuli
panggul di pasar tetapi ia harus berhenti karena sakit-sakitan jadi ia sekarang tidak bekerja
lagi, anaknya itu yang bernama Bagas 15
tahun yang sekarang duduk di bangku sekolah SMP kelas 8, ibu nya berusia 38
tahun yang setiap harinya berjualan kue keliling kampung, mereka menjual kue olahan dari singkong, mereka mendapatkan
singkong dari kebun yang kosong tidak ada yang ngurus.Mereka memanfaatkan nya
dengan membersihkan kebunnya lalu merekatanami sayur-sayuran dan
buah-buahan,mereka tanami singkong, kelapa, tomat, bawang, cabe, kangkung,
bayam, dan pepaya.Suatu hari ketika sang ayah menghembuskan nafas terakhir nya ayahnya
harus pergi selama-lamanya hari itu lah hari yang paling berat bagi mereka ber
2 harus kehilangan orang yang di sayang, mereka berusaha untuk ikhlas karena
mereka tahu bahwa "Kematian itu kehendak dari Allah". Setelah ayahnya
meninggal seperti biasanya mereka bangun
pagi untuk menyiapkan untuk jualan besok Bagas selalu bantuin ibunya untuk
nyiapin buat jualan dan setelah selesai menyiapkan itu lalu Bagas pergi dengan
berjalan kaki sendirian setiap hari kalau dia sekolah selalu di ejek oleh
temen-temennya karena dia tidak mempunyai ayah dan hanya punya ibu seorang
tukang kue keliling, dan memakai sepatu yang sudah jebol dan tas yang sudah kumuh.
Tetapi dia tidak pernah sama sekali menggubris ejekkan teman-temannya itu
melainkan ia selalu sabar dan bersyukur atas apa yang ia punya. Setiap hari
libur ia membantu ibunya untuk berjualan, setiap hari jualan nya paling laku
setengah tetapi ibu nya tetap berjualan tiap hari, palingan sehari dapat 25
ribu itupun tak tentu kadang cuma dapat 20 ribu, uang hasil nya selalu ibunya
tabung karena mereka makan hanya memanfaatkan dari kebun, minyak pun mereka
olah sendiri semua hasil sayuran atau buah-buahan dari kebun ibunya manfaatkan
dan olah jadi apa pun asal bisa untuk ibu jual dan makan. Bagas tak pernah malu
dengan kehidupannya yang sangat sederhana dia selalu sabar dalam menghadapi hal
apapun itu semisal hal teman-teman yang selalu mengejeknya. Suatu hari ketika
dia memasuki kelas 9 dan harus bayaran sebanyak 300 ribu tetapi tabungan ibunya
tidak cukup untuk bayaran 300 ribu karena uang tabungan nya sudah habis di
pakai untuk biayai pas hari kematian ayahnya ibunya pun bingung "Darimana
saya dapat uang 300 ribu". Lalu ibunya kepikiran bahwa untuk meminjam uang
ke tetangganya tetapi dengan acuh nya tetangganya itu tidak memberi nya
pinjaman kepada ibunya, Bagas semakin hari terus di tanyai guru nya bahwa kapan
dia mau bayaran. Bagas bilang kepada ibunya "Bu kalau gak ada uang buat
bayarannya gak papa bu aku berhenti aja ya sekolah nya" dengan muka yang
sangat sedih, tetapi dia tidak ingin melihat kan muka sedih nya kepada ibunya.
Ibunya pun menjawab "Gak boleh bilang kayak gitu nak kamu harus tetap
sekolah darimana pun uang nya ibu akan berusaha mendapatkan nya sabar ya nak,
yang penting kamu terus berdoa". Dan sampai akhirnya bener dia gak bisa
sekolah karena belum bayaran.
seminggu dari itu ada seorang bapak-bapak mencari anak yatim
untuk dia kasih hadiah, ada yang menunjukkan bapak-bapak itu kepada Bagas dan
benar dia mengasih Bagas hadiah berupa uang 500 ribu, tas, sepatu dan alat-alat
perlengkapan sekolah. Mereka sangat bersyukur dan mereka pun sangat berterima
kasih kepada bapak-bapak itu sehingga
Bagas bisa masuk sekolah lagi. Seperti biasanya setiap Bagas masuk sekolah
teman-temannya selalu mengejeknya dan Bagas pun selalu sabar, Bagas menganggap
ejekkan teman-temannya itu adalah ujian untuk dia bisa tetap sabar. Bagas
mengejar semua materi yang dia ketinggalan dan setiap malam dia belajar dengan
giat untuk menghadapi ulangan semester. Hari ulangan semester pun datang Bagas
setiap harinya mengerjakan dengan baik dan tenang, teman-temannya itu yang
selalu mengejeknya mereka kebingungan untuk mengisi soal-soalnya karena mereka
tidak belajar, bagas selalu paling pertama mengumpulkan ulangan-ulangannya.
Seminggu sudah Bagas ulangan semester di sekolahnya tiba lah hari pembagian
raport dan di situ lah Bagas mendapat rangking satu di antara teman-teman
sekelasnya. Tetapi Bagas tidak bahagia karena nilai raport bukan lah segalanya
dan disitu Bagas juga sedih karena saat pembagian raport teman-temannya di
dampingi oleh orang tuanya tetapi dia
gak didampingi ibunya, karena ibunya sedang sakit. Tapi bagi dia itu tidak
masalah karena demi kesehatan ibunya. Di saat seperti ini teman-temannya
Bukannya memuji Bagas malah semakin mengejeknya.
Hari demi hari berlalu seperti biasanya, setelah satu tahun kemudian
Bagas pun lulus sekolah SMP. Bagas lulus dengan nilai terbaik tetapi ia bingung
untuk membayar uang pelulusan itu, dia tidak mau membebani pikiran ibunya sedang
sakit. Bagas memilih untuk tidak memberitahu ibunya, dia memilih kerja dan
mencari uang nya sendiri. Dia memilih kerja kuli panggul seperti ayahnya dulu
walaupun umurnya belum layak untuk bekerja seperti itu, dalam sehari dia
setengah hari kuli panggul dan setengah hari dia dagang kue keliling kampung.
Karena tidak memungkinkan untuk dia yang umurnya masih dibilang kecil untuk
kuli panggul seharian. Ibunya pun sudah mulai sehat kembali dan ingin memulai
berjualan lagi, tidak sengaja ibunya mendengar perkataan Bagas yang sedang
melamun itu dia melamun karena dia dalam seminggu baru mendapatkan uang 200
ribu. Ibunya pun langsung nyamperin Bagas yang sedang melamun dan bilang
"nak kenapa kamu gak bilang sama ibu?
kamu baru punya 200 ribu, ibu punya tabungan 200 ribu lagi kamu pake ya
buat bayaran lain kali kalau ada apa-apa kamu bilang sama ibu ya."Bagas
pun menjawab "iya bu maafin aku ya bu aku gak cerita sama ibu, aku cuma
gak mau ibu kepikiran makasih ya bu"
Bagas pun lulus dan masuk SMA di sekolahnya yang sekarang
pun masih sama dia selalu di ejek terus menerus sama mereka, karena mereka tau
latar belakang hidup Bagas. Tetapi ada satu temen sekelas nya perempuan yang
bernama eci dia tidak mengejek Bagas seperti teman-temannya yang lain, dia baik
banget kepada Bagas tiap hari dia mensupport Bagas, dalam hal apapun mereka
selalu berdua dari hal kerja kelompok, semisal ada acara mereka selalu berdua.
Bagas sangat bersyukur karena di sekolahnya sekarang dia mempunyai teman.
Suatu hari ketika Bagas sekolah dia tiba-tiba dipanggil
kepala sekolah untuk keruangannya, dengan penuh yakin Bagas pun mendatangi
ruangan kepala sekolah di situ Bagas di beri tahu bahwa dia lulus dengan nilai
terbaik dan dia mendapat kan bahasiswa kuliah sepenuhnya sampai pendidikan
selesai. Bagas sangat bahagia karena dia bisa kuliah, dia sangat ingin masuk jurusan
kedokteran. Dan diapun sangat ingin masuk kuliah di universitas Gadjah Mada
yang di Yogyakarta, tetapi dia tidak ingin meninggalkan ibu nya sendirian. Dan
ada orang baik yang membantu Bagas dan ibunya untuk tinggal di Yogyakarta, Bagas
juga masih berteman baik dengan eci teman SMA nya itu dia juga sama seperti
Bagas dia kuliah di universitas Gadjah Mada dan dengan jurusan yang sama, Bagas
juga disana sambil kuliah dia kerja juga sebagai pelayan cafe di Yogyakarta.
4 tahun berlalu dia pun akhirnya lulus dengan jurusan
kedokteran di universitas Gadjah Mada, Bagas pun sudah menjadi seorang dokter
yang kini dia balik lagi ke kampung nya dan membuka klinik sendiri dan bekerja
di rumah sakit ternama di kampungnya.Bagas pun sekarang sudah tidak tinggal di
rumah sederhana itu, sekarang dia sudah tinggal di rumah dan klinik yang begitu
bagus. Sekarang pun teman-teman dan tetangga-tetangga nya Bagas tidak lagi
mengejeknya.
Benar kata-kata Bagas dan ibunya
"sabar itu akan membuahkan hasil
yang tidak mengecewakan"
"Karena kalau kita menginginkan
kebahagiaan dan kesuksesan disitulah
kita harus menanamkan kesabaran"
"Janganlah pernah mengeluh dengan keadaan"
"Sabar, bersyukur, ikhlas, dan semangat
itu lah kunci dari kesuksesan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar